Entri Populer

Jumat, 25 Februari 2011

Menanamkan Sifat Kejujuran Siswa

MENANAMKAN SIFAT KEJUJURAN DALAM DIRI SISWA
Oleh: Ferlita Rachmi

Dewasa ini sifat kejujuran dan semangat berusaha dikalangan siswa telah semakin luntur. Kita dapat melihat berapa banyak siswa yang tidak lagi khawatir untuk menghadapi ujian. Mereka dengan santai dan tenang menghadapi pelajaran atau ujian walaupun tanpa persiapan. berapa banyak siswa yang tidak khawatir akan diberi sanksi oleh guru jika mereka tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Berapa banyak siswa yang dengan tenangnya mencontek teman atau membuat contekan pada saat ujian agar memperoleh nilai yang memuaskan atau minimal mencapai batas ketuntasan minimal.
Sepertinya mereka tidak mengenal kata MALU. Mereka tidak malu untuk tidak mengerjakan tugas, tidak malu jika tidak dapat menjawab pertanyaan guru, dan tidak malu jika tidak dapat menjelaskan materi yang telah dipelajarinya, dan tidak canggung untuk mencontek pada saat ujian. Mereka “enjoy saja yang penting happy” seperti motto sebuah iklan produk di televisi. Sifat-sifat yang muncul ini memang tidak terlihat pada semua siswa. Memang masih ada sebagian siswa yang masih memegang teguh prisip kejujuran. Namun jika dibiarkan sifat tidak jujur ini akan mempengaruhi semangat berjuang/berusaha bagi siswa tersebut atau bahkan dapat mempengaruhi prinsip kejujuran yang mereka miliki.
Kenyataan ini sangat memprihatinkan, dan tidak dapat dibiarkan. Kita perlu memikirkan jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut. Harus ada upaya bersama untuk menanamkan sifat kejujuran dan berusaha pada diri siswa. Kita perlu memberikan kesadaran bagi siswa untuk mau melakukan sesuatu dengan jujur, mendapatkan sesuatu dengan berusaha sendiri.
Penanaman prinsip kejujuran harus diupayakan oleh semua pihak baik oleh pihak sekolah maupun orang tua. karena tanpa dukungan dari semua pihak, terutama orang tua penanaman sifat kejujuran ini tidak akan teranamkan dalam diri siswa.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan memberikan reword (penghargaan) kepada siswa yang telah melakukan kejujuran dalam besikap dan dalam kegiatan pembelajaran setelah diamati oleh guru dan sekolah dalam periode tertentu. Hal ini setidaknya dapat memberikan motivasi kepada siswa lainnya untuk bersikap jujur juga. Pemberian penghargan dapat berupa piagam penghargaan dan dapat pula berupa bantuan pendidikan.
Upaya lainnya yang juga dapat dilakukan adalah menanamkan “Budaya 3 M” yaitu membiasakan kepada siswa untuk malu jika tidak mengerjakan tugas pelajaran, malu tidak dapat menjawab pertanyaan guru, malu jika mencontek. Agar budaya ini tetap dipertahankan dan selalu diingat oleh siswa  prinsip ini di buat dalam bentuk poster kemudian ditempelkan pada dinding depan setiap kelas, agar dapat dibaca oleh siswa setiap saat.
Namun penanaman sifat kejujuran ini harus diawali dari pemberian contoh dan teladan dari guru dan manajemen sekolah lainnya, karena tanpa contoh dan teladan yang baik, si   fat-sifat kejujuran tidak akan tertanamkan dengan baik.

1 komentar:

  1. Kejujuran harus diciptakan melalui tranparansi pengelolaan setiap aktifitas sekolah. Dengan adanya transparansi akan ada pula kontrol dan pengawasan baik dari dalam maupun dari luar sekolah. Kejujuran manusia sangat labil, oleh karena itu disamping ada komitmen dari diri sendiri perlu juga ada PENGAWASAN. Kita harus siap juga untuk diawasi dalam setiap aktifitas yang menjadi tanggung jawab guru. Sebelum diawasi sebaiknya guru sendiri mau melakukan audit mutu atas unjuk kerja sendiri(Salah bentuk kecerdasan intrapersonal).
    Blog ini dapat juga dijadikan wahana untuk memelihara kejujuran, dimana kita memberikan akses seluas-luasnya kepada pelanggan kita untuk memberikan masukan, melakukan koreksi dan menanyakan hal-hal yang tidak dipahami berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab kita.

    BalasHapus